Sabtu, 17 November 2012

Faktor-Faktor Pembentuk Tanah


Faktor-faktor Pembentuk Tanah

Faktor pembentuk tanah terdiri dari Bahan induk dan faktor lingkungan yang mempengaruhinya. Menurut Jenny (1941) adalah bahan induk, iklim, organisme, relief, dan waktu.

1. BAHAN INDUK

Beberapa pengaruh bahan induk terhadap sifat-sifat tanah dapat disebutkan antara lain:
Ø  Tekstur bahan induk mempunyai pengaruh langsung terhadap tekstur tanah muda. Bahan induk pasir menghasilkan tanah muda yang barpasir juga.

Ø   Tekstur yang dipengaruhi mineral sukar lapuk seperti pasir kuarsa tetap berpengaruh pada tanah tua.

Ø  Bahan induk dengan tekstur halus membentuk tanah dengan bahan organik yang lebih tinggi dari pada bahan induk yang bertekstur kasar.

Ø   Kalau tekstur bahan induk terlalu halus (liat terlalu tinggi) maka permeabilitas tanah menjadi sangat lambat, sehingga menghambat pencucian dan pemindahan koloid tanah, akibatnya terbentuklah tanah dengan solum tipis.

Ø   Permeabilitas bahan induk menentukan banyaknya air infiltrasi. Di daerah dengan curah hujan tinggi (humid) tanah masam dapat terbentuk dari tanah kapur yang permeabilitasnya tinggi. Makin permeable tanah menjadi lebih cepat rnasam, pelapukan lebih cepat, baha koloid makin mudah dipindahkan.

Ø  Walaupun demikian permeabilitas tanah yang terlalu cepat misalnya pada tanah-tanah dengan tekstur sangat kasar atau berkerikil perkembangan tanah berjalan lambat karena sangat sedikit air yang dapat: ditahan tanah untuk pelapukan.

Ø  Mudah tidaknya pelapukan bahan induk tergantung pula pada jenis mineral yang dikandungnya. Bahan induk yang banyak mengandung mineral mudah lapuk akan lebih mudah hancur dan pembentukan mineral baru (liat) lebih cepat terjadi.

Ø   Bahan induk jenis mafik (banyak mengandung basa-basa) dapa menyebabkan pembentukan mineral liat montmorillonit. Kalau curah hujan rendah montmorillonit dapat terbentuk juga pada bahan induk
jenis felsik (kandungan basa rendah). Kalau bahan induk felsik banyak mengandung mika dapat
terbentuk mineral liat ilit. Terbentuknya mineral fiat lain seperti kaolinit lebih banyak pengaruhi oleh
besarnya curah hujan.

Ø   Cadangan unsur hara di dalam tanah banyak dipengaruhi oleh jenis mineral yang terdapat dalam
bahan induk tanah.
2. Relief
      Relief adalah, perbedaan tinggi atau bentuk wilayah suatu daerah, termasuk di dalamnya adalah perbedaan kecuraman dan bentuk lereng.
Hubungan antara lereng dengan sifat-sifat tanah tidak selalu sama di semua tempat. Hal ini disebabkan karena sifat faktor-faktor pembentuk tanah yang berbeda di setiap tempat. Lereng biasanya terdiri dari bagian puncak (crest), bagian cembung, bagian cekung, dan kaki lereng.

v  sifat tanah yang umumnya berhubungan dengan relief adalah:
- Tebal solum.
- Tebal dan kandungan bahan organik horison A.
- Kandungan air tanah (relative wetness).
- Warna tanah.
- Tingkat perkembangan horison.
- Reaksi tanah (pH).
- Kandungan garam mudah larut.
- Janis dan tingkat perkembangan padas.
- Suhu.
- Sifat dari bahan induk tanah (initial material).

Hubungan antara Jenis Tanah dan Relief

            Proses pembentukan tanah di daerah beriklim humid berjalan lebih cepat daripada iklim lain karena gerakan air ke bawah yang terus menerus, suhu tinggi, dan banyaknya organisme (biomass) di dalam tanah. Tanah-tanah daerah iklim humid dominan dijumpai asosiasi Ultisol, Oxisol, Alfisol dan Inceptisol.
Oxisol ditemukan di punggung-punggung daerah tua, Ultisol di lereng-lereng berdekatan dengan Oxisol sedang Inceptisol di lereng-lereng bawah yang lebih curam. Terbentuknya horison argilik pada Ultisol di tempat ini mungkin terjadi setelah mengalami erosi (truncated) sehingga terbentuk lereng, sedang Inceptisol dapat terbentuk di lereng yang lebih curam akibat erosi yang lebih kuat.

Genesis Dan Klasifikasi Tanah



Tanah Wonosari

A. Proses Pelapukan          

Tanah dapat berasal dari batuan keras (batuan beku, batu sedimen tua, batuan metamorfosa) yang melapuk, atau dari bahan-bahan yang lebih lunak dan lepas seperti abu volkan, bahan endapan baru dan lain-lain. Dengan proses pelapukan maka permukaan batuan yang keras menjadi hancur dan berubah menjadi bahan yang lunak yang disebut regolit. Selanjutnya melalui proses pembentukan tanah, bagian atas regolit berubah menjadi tanah. Proses pelapukan mencakup beberapa hal yaitu pelapukan secara
fisik, biologik-mekanik, dan kimia.

1. Pelapukan Secara Fisik

Pelapukan secara fisik yang terpenting adalah akibat naik turunnya suhu dan perbedaan kemampuan memuai (mengembang) dan mengerut dari masing-masing mineral. Karena masing-masing mineral akibat perubahan suhu mengembang dan rnengerut dengan kekuatan yang berbeda-beda, maka bantuan menjadi rapuh dan mudah hancur.
Di daerah dingin, bila air yang masuk dalam batuan dapat berubah menjadi es akibat suhu yang sangat rendah, maka karena volume es lebih besar dari volume air, juga dapat menyebabkan pecahnya batu-batuan. Pengangkutan batuan dari suatu tempat ke tempat lain oleh air juga dapat menyebabkan pela- pukan batuan secara fisik.

2. Pelapukan Secara Biologik-Mekanik

Akar-akar yang masuk ke dalam batuan melalui retakan-retakan batuan dapat terus berkembang dengan kekuatan yang sangat tinggi sehingga dapat menghancurkan batuan tersebut. Sel-sel akar yang berkembang dapat menimbulkan kekuatan lebih dari 10 atm sehingga tidak mengherankan kalau batuan dapat menjadi hancur akibat perkembangan akar di dalamnya.

3. Pelapukan Secara Kimia

Hidrasi dan dehidrasi:
Hidradi adalah reaksi kimia di mana molekul air terikat oleh senyawa-senyawa tertentu, sedang dehidrasi adalah hilangnya molekul air dari senyawa-senyawa tersebut.
CaSO4 + 2H20 CaSO4 2H20 (hidrasi)
CaSO4 2H20 CaSO4 + 2H20 (dehidrasi)
Hidrasi dapat menyebabkan mineral menjadi lebih lunak dan meningkat daya larutnya. Disamping itu hidrasi dan dehidrasi dapat menyebabkan perubahan volume mineral sehingga mempercepat proses disintegrasi.

Oksidasi dan reduksi:
Oksidasi adalah suatu proses di mana elektron-elektron atau muatan lis trik negative menjadi berkurang.
Reduksi berarti penambahan elektron. Oksidasi berlangsung baik bila oksigen cukup tersedia, sedang
reduksi akan berjalan bila tidak ada oksigen.
Fe++ Fe+++ + e (oksidasi)
Fe+++ + e Fe++ (reduksi)
Oksidasi merupakan proses disintergrasi yang penting pada mineral-mineral yang mengandung besi fero seperti biotit, glaukonit, hornblende, piroksin, dan lain-lain. Karena perubahan ukuran dan muatan dari fero (Fe++) ke feri (Fe+++) maka mineral-mineral menjadi mudah hancur.
            Reduksi dapat mengubah besi feri menjadi fero yang sangat mudah bergerak (mobile). Dalam bentuk ini besi dapat hilang dari tanah kalau pencucian air terjadi. Bila tidak tercuci besi fero akan bereaksi dengan sulfur membentuk sulfida atau senyawa-senyawa lain sehingga terjadi warna hijau-kebiruan yang khas untuk tanah tereduksi.
Hidrolisis:
            Hidrolisis terjadi karena adanya penggantian kation-kation dalam struktur kristal oleh hidrogen sehingga struktur kristal rusak dan hancur.
K Al Si3 08 + H+ (feldspar) H AI Si3 08 + K+
Hidrolisis merupakan pelapukan kimia yang terpenting, karena dapat menghasilkan penghancuran yang sempurna atau modifikasi drastis terhadap mineral-mineral mudah lapuk.

Pelarutan (solution):
Pelarutan terjadi pada garam-garam sederhana seperti karbonat, klorida, dan lain-lain.
CaCO3 + 2H+ H2CO3 + Ca++
 

Departemen Geografi FMIPA UI

Program Studi Pendidikan Geografi